Pernah saya menulis indahnya jadi dosen, sekarang gilirannya saya menulis sedihnya jadi dosen :D. Hal tersedih yang harus dilakukan seorang dosen adalah tidak meluluskan mahasiswanya karena nilai mahasiswa tidak mencukupi untuk lulus.
Banyak sekali masalah yang dialami mahasiswa sehingga beberapa dari mereka memilih menyerah terhadap mata kuliah dan memilih mengulang. Sebagai dosen saya merasa punya tanggung jawab besar terhadap Tuhan, orang tua mahasiswa, dan mahasiswa itu sendiri. Saya tidak akan meluluskan seorang mahasiswa yang memang tidak mampu atau belum mampu atau layak untuk lulus pada mata kuliah yang saya ajar. Karena jika saya meluluskan yang belum layak, maka bagaimana tanggung jawab saya, saya tidak berani mempertanggungjawabkan itu. Maka kalau memang mahasiswa belum layak lulus, saya tidak akan meluluskannya.
Paradigma beratnya menjadi dosen yang sering tidak dipahami banyak dosen yang merasa mengajar adalah profesi adalah dosa jariyah seorang dosen. Jika seorang dosen salah mengajarkan sesuatu ke mahasiswa atau meluluskan mahasiswa yang belum mampu, lalu misal saja 5 orang mahasiswa kita itu jadi dosen lagi, lalu dia mengajarkan yang salah lagi ke mahasiswanya dan seterusnya, maka alhasil akan jadi dosa jariyah kan?
Saya seorang dosen yang lebih banyak mengajar pemrograman yang notabene dianggap momok bagi mahasiswa-mahasiswa di bidang komputer. Dan bagi saya memang tidak mudah mengajar pemrograman, sering juga putus asa karena susah sekali memberi pengertian kepada mahasiswa bahwa mereka harus rajin latihan untuk bisa menguasai pemrograman. Tapi tetap saja sering mereka malas latihan, bahkan tidak jarang saya mengajak mereka “ayo ke lab saya, belajar privat dengan saya”, tapi tetap saja.

Sssst, mereka lagi serius coding
Saya menempatkan diri sebagai dosen yang berusaha menjadi teman mahasiswa. Tapi ternyata hal ini sering juga membuat saya susah gara-gara mereka mungkin terlalu menganggap saya teman, misalnya sms lebih dari jam 9 malam, atau bahkan memohon-mohon untuk diluluskan padahal dirinya tidak ikut UAS, atau ada yang nyuruh-nyuruh saya untuk mengirimkan soal perbaikan ujian gara-gara ketua kelasnya masih di luar kota (soal perbaikan saya kirim ke ketua kelas). Kadang sebagai dosen saya juga jengkel dengan tingkah laku yang seringnya kurang beretika. Tapi mau bagaimana lagi itulah mahasiswa. Kadang saya juga menegur jika saya sudah sangat terganggu. Belum lagi budaya mencontek tugas (sudah diberi kesempatan tugas perbaikan, mengumpulkan pekerjaan yang sama dengan beda nama), saya sangat tidak menolelir mencontek dengan alasan apapun. Sudah banyak koruptor di negara ini, saya tidak mau menambah lagi orang yang menghalalkan segala cara.
Saya selalu mengatakan pada mahasiswa saya, “Hidup adalah pilihan”, jika memilih untuk tidak menjadi lulus dengan kurang latihan dan belajar maka jangan memohon-mohon pada saya untuk diluluskan dengan alasan apapun, karena saya tidak akan meluluskan.
Jadi mahasiswaku jika kalian merasa saya sakiti, saya meminta maaf, karena saya tidak pernah dengan sengaja melakukannya, semua demi kebaikan dan tanggung jawab saya terhadap Tuhan. Semoga kalian mengerti. Amin.