Saya punya beberapa pengalaman buruk dengan orang Sunda yang ada di kota, bagi saya seringnya mereka pelit dan itung-itungan (pengalaman dari 7 ibu dan bapak kos, yang agak baik cuman 1, tapi masih aja itung-itungan). Padahal dulunya pengen banget punya ibu bapak kos yang bisa jadi keluarga. Tapi sekarang saat perumahan saya letaknya cukup di desa. Saya baru menemukan bahwa sebenarnya orang Sunda tidak sejelek yang saya pikirkan sebelumnya. Ternyata orang Sunda yang di desa itu lebih “guyup” atau istilahnya bergotong royong, ketetanggaannya kuat (ketika Pak satpam perumahan sakit ternyata banyak yang langsung menjenguk, jadi pas kami kesana malah kaget karena rame sekali orang menjenguk). Suka ngasih hasil kebun mereka (mulai dari surawung (kemangi), daun bawang, seledri, selada). Bahkan mereka juga mengijinkan orang-orang perumahan yang mau bergaul dengan mereka (karena ternyata banyak orang perumahan yang terlalu sibuk untuk bergaul dengan orang di luar perumahan) untuk langsung aja metik terong, tomat, ambil daun pisang di kebun mereka tanpa bilang dulu (kata mereka “sok ambil aja”). Atau beberapa orang perumahan juga jadi menanam selada, seledri, causin di pekarangan mereka (termasuk aku :D). Tinggal minta bibit ke mereka untuk ditanam di rumah. Mereka malah juga sering menghormati orang perumahan berlebihan, misalnya orang perumahan di suruh duduk sofa padahal yang lain pada di bawah (padahal di rumah kami aja tidak punya sofa ha…ha…ha tentu saja kami menolak duduk di sofa, emang kami sapa ha…ha…ha…). Kami banyak melihat kesederhanaan mereka. Ternyata orang Sunda tidak semuanya itung-itungan. Kalau mau, pergi aja ke desa. Banyak yang baik 😀 (walau juga ada yang agak preman he…he…he…). Seringnya kota memang merubah sifat semua orang, mungkin tidak hanya orang Sunda yang berubah ketika hidup di kota. Sekarang saya jadi tertarik untuk belajar bahasa Sunda 😀 (orang desa dekat perumahan suka ngomong Sunda, jadi kayaknya sekarang wajib hukumnya belajar bahasa Sunda, he…he…he…).
Jan
1
2010
Kalau orang Sunda di pedesaan sih masih memegang teguh budaya untuk ‘someah’ kepada siapapun. Apalagi dengan tetangga.
Iya, sayang sebenarnya budaya yang baik itu terkikis.
Begitulah. Kemajuan jaman yang memaksa